Cerita kali ini adalah salah satu cerita yang tak bisa dilupakan.
Cuma suamiku yang tau aku nangis didepannya, karena perihal uang.
Bayangkan saat itu uang di dompet hanya 10rb, masih bawa motor sendiri saat kerja dan saat itu sedang membawa tas cooler bag berisikan ASIP oleh oleh untuk anak di rumah.
Pulang kerja ban bocor. Untung ketemu teman, Rera namanya, dia mencarikan tempat tambal ban terdekat. Yang akhirnya berada di seberang jalan. Saat diperiksa ban terlalu banyak yg bocor jadi sebaiknya ganti baru.
Rera sebenarnya tahu kondisi keuangan kami yang notaben nya betul betul kami kuras isi dompet dan tabungan di ATM. Bahkan saat itu rera menawarkan memakai uangnya. Namun ku tolak, aku cuma minta tolong untuk jaga motorku dulu, karena aku harus ke ATM terdekat. Jadi aku jalan kaki mencari ATM yg lumayan juga sambil berolahraga. Kalau tidak salah saat itu uang di ATM sekitar 120rb, dan aku mengambil senilai 50rb.
Sekembalinya aku dari ATM, Rera aku suruh pulang karena aku tau dia akan segera menikah jadi sebaiknya pulang lebih cepat lebih baik.
Laper tp uang pas pas an. Mau nangis tapi malu. Tapi harus dijalani. Aku cuma bisa nelpon Ibuku dan mengatakan pulang terlambat karena ban motor bocor.
Saat aku cerita ke suami, suami sedih sih tp ya dijalanin karena uang kami untuk bangun dapur rumah, yg setiap kami gajian kami harus bayar untuk bangun dapur rumah demi rumah tersebut cepat jadi.
.
Kisah awal beli rumah adalah dimana aku hamil 2 bulan, membeli dengan menguras semua uang tabungan hingga benar benar nilai minimal saldo bank. Masih ingat aku dan suami bertekad untuk membawa bekal terus ke kantor meski hanya nasi dan telor. Saat itu aku masih ikut tinggal dengan Ibuku, jadi meskipun tabungan kami kosongkan demi membeli rumah soal makan keseharian kami ikut makan dengan Ibuku. Rumah yg aku dan suami beli juga atas restu dari orangtuaku, jadi orangtuaku tau kondisi keuangan kami.
Sampai mertuaku menyadari hal itu, dan mentraktir kami bakso pikul yg lewat di depan rumahnya saat kami berkunjung karena beliau tau uang kami di dompet belum bisa beli bakso pikul yg semangkok nya 10rb.
Sampai usia kehamilan memasuki 4 bulan, aku sengaja ambil goncangan arisanku yg saat itu tinggal 2 orang lagi. Aku pakai uang arisan itu untuk syukuran 4 bulanan kehamilanku dan PR ku, aku harus menabung lagi untuk lahiran nanti, setidaknya aku sudah punya backup uang saat terjadi hal yg tidak diinginkan meskipun aku tau aku dicover BPJS Kesehatan dari kantor suami.
Ada dimana keajaiban itu terjadi, saat itu usia kehamilan memasuki usia 7 bulan. Hari itu aku dan suami membantu Ibuku menggiling kacang untuk dibuat sambal kacang. Memang buatnya agak banyak karena untuk stock sambal dirumah. Kondisi keuangan kami memang belum stabil karena kami harus menabung untuk persalinan dan saat itu adalah kondisi kami pasrah ikuti alur karena saat itu Idul Fitri segera datang. Kami sudah tidak berpikir baju baru atau apapun yg baru. Yang terpenting kelahiran aku bisa lancar. Tiba tiba, bunyi HP suami berbunyi dan Suami membuka isi pesan singkat tersebut lalu langsung memperlihat kepadaku isi tersebut.
Suamiku dapat isi pesan dari Bank yg menyatakan ada penambahan dana senilai 7jt. Alhamdulillah kataku, bagai oase di padang pasir. Akhirnya tabungan aku bertambah untuk biaya persalinan dan aqiqah anakku. Tak lama bos dari tempat suamiku bekerja menelepon dan bilang bahwa beliaulah yg mentransfer dana tersebut sebagai bentuk apresiasi kinerja baik suamiku.
Itu kisah kami tentang keuangan, bagaimana sabar dengan uang seadanya. Tapi kami terus berjalan dan tidak menuntut macam-macam. :-D
Semoga menginpsirasi.